Nama julukanku Badut. Setidaknya begitulah aku dikenal di kampus dan  lingkungan pergaulanku. Tinggi 177 cm, berat 72 kg. bajuku nomor 16 dan  celana nomor 32. Sedangkan kakiku memakai sepatu nomor 44 (10,5). Wajah  lumayan, teman teman bilang tipe agak keras dan konyol. Hidung terhitung  mancung Dan bibir tebal. Kelakuan agak eksentrik, suka melucu sehingga  dipanggil badut. Berkulit sawo matang yang terbakar hingga hitam legam,  jadilah nama lengkapku Badut Hitam. Postur tubuh agak kurus namun  berotot kencang.
Kelebihanku di bidang sport. Menonjol di kemampuan atletis secara alami.  Sejak SMA jadi pemain bola voli, pernah ikut latihan tinju dan gulat.  Stamina bagus, sering lari marathon puluhan kilometer.
Keahlianku yang lain adalah wanita. Kelemahanku utama juga wanita. Mudah  jatuh hati dan mendapatkan, mudah pula bosan dan kehilangan pasangan.  Itu sebabnya hingga saat ini membujang tanpa pasangan tetap.
Kisah petualanganku ini berlangsung saat masih kuliah. Selain di  kegiatan olahraga, aku juga aktif di perkumpulan pecinta alam dan  berkegiatan di alam bebas.
Pada perkumpulan itulah aku bertemu Winky, wanita cantik jelita berdarah  Chinese-Perancis. Kisah ini mengenai percintaan kami. Salah satu kisah  petualangan cintaku yang paling berpengaruh.
Wajahnya cantik, oval dan berkulit putih mulus. Mata lebar berjarak  sedang. Hidungnya mungil dan mancung. Bibirnya mungil, namun bibir  bawahnya agak tebal, penuh dan berisi. Merah secara natural. Tingginya  sekitar 165, dada 36+, beratnya tidak tahu persis tapi tubuhnya sangat  proporsional. Kakinya panjang, jenjang dan ramping. Pahanya berisi,  betis ramping mulus. Kulitnya seputih susu. Yang paling istimewa dari  tubuhnya adalah bentuk pinggul dan pantat yang berotot menonjol. Cetakan  bentuk tubuhnya jelas terlihat karena ia gemar mengenakan celana jeans  yang memperlihatkan bentuk kaki indah serta lekukan artistik di pinggul  dan pantatnya.
T-shirt longgar adalah baju tetapnya, tak peduli kesempatan apapun. Ia  gadis yang selalu ceria dan gembira. Selalu punya cara untuk membuat  dirinya dan orang-orang di sekitarnya menikmati kegembiraan bersama.  Sangat menyukai kebebasan, berani, tegas dan cerdas. Kadang-kadang BH  yang digunakannya terlalu tipis sehingga samar-samar memperlihatkan  bentuk puting susunya yang besar menonjol. Jika ia duduk, lipatan celana  jeans di selangkangannya memperlihatkan sebentuk tonjolan yang  mengagumkan, memaksa mata lelaki yang melihatnya membayangkan benda di  baliknya.
Junior hingga high school dijalaninya di Eropa. Kepindahannya ke kotaku  karena mengikuti tugas orangtuanya. Winky menguasai beberapa bahasa.  Sikapnya yang percaya diri dan tegas membuatnya berwibawa sehingga  teman-teman pria agak segan padanya. Aku tidak pernah memperlihatkan  segan atau takut padanya. Ia pun begitu padaku.
Winky berteman dengan Tia, mantan pacarku yang baru putus denganku  beberapa bulan lalu. Aku tahu bahwa ia pernah menilaiku begini : “Dia  laki-laki jelek tak berguna. Konyol dan hanya bisa melucu, lebih dari  itu tak ada apa-apanya.”
Tia menjawab “You’ll never know until you spend a long and wild night with him”
Tia menyampaikan itu padaku. Hingga saat itu sebenarnya aku tidak  terlalu memperhatikan keberadaan Winky, tetapi apa yang disampaikan Tia  cukup menggangguku.
Tak berapa lama hal itu terlupakan, hingga akhirnya muncul lagi beberapa  hari yang lalu ketika teman-teman pecinta alam memberitahuku rencana  kegiatan di gunung Arpatea yang terkenal berhutan lebat dan dinginnya  menusuk tulang. Aku ditugaskan menjadi instruktur jungle survival dan  pelatih fisik. Yang menarik perhatianku adalah pembicaraan teman-teman  mengenai adanya beberapa cewek cantik yang bergabung. Biasalah itu,  namun saat mereka menyebut nama Winky mau tak mau aku menaruh perhatian  juga.
DI GUNUNG ARPATEA, HARI PERTAMA
Suasana pagi itu sangat dingin dan berkabut. Seperti biasanya di kawasan  pegunungan hutan tropis Arpatea disiram hujan sejak subuh dan biasanya  berakhir pagi hari. Kami sedang menikmati kopi panas dan makan pagi  ketika terdengar pengumuman bahwa tepat pukul 6 pagi, lima belas menit  lagi, apel umum dimulai.
Setelah menikmati rokok, terdengar bunyi lonceng apel. Aku bergegas ke  lapangan. Apel ini dilaksanakan untuk memeriksa keberadaan seluruh  peserta dan kesiapan mereka.
Pada kegiatan ini, sebagai instruktur, aku dan teman-teman panitia tidur  di sebuah tenda besar berkapasitas 20 orang. Winky dan seluruh peserta  lainnya tidur di 2 buah tenda
peleton berkapasitas 30-an orang.
Pagi itu aku mencari-cari wajah Winky, rupanya ia tahu. Pada saat kami  bertemu pandang, aku mengangguk tersenyum, ia membuang muka.
Hari itu kegiatan berupa orientasi lapangan dan pengenalan medan sampai  sore hari. Dilanjutkan diskusi lapangan hingga jelang makan malam. Baik  peserta atau panitia kelelahan.
Sepanjang hari itu aku belum mendekati Winky, tak ada alasan tepat untuk melakukannya. Ia akan menjauh jika terlalu kupaksakan.
Namun menjelang tengah malam, peruntunganku berubah. Kami mendengar  teriakan minta tolong dari tenda peserta. Malam itu aku bertugas piket  bersama panitia wanita bernama Yuni.
Bergegas kami mendatangi tenda peserta wanita, ternyata seorang peserta  mengalami kram kaki dan perut. Tempatnya berada tepat di sebelah Winky.
“Ada apa?” tanyaku.
Yang menjawab Winky “Keram kaki dan perutnya, Kak”
Kemudian Yuni menolongnya. Setelah memberikan pertolongan, aku  menyarankan agar peserta itu dibawa ke tenda kesehatan agar lebih hangat  dan bisa beristirahat dengan tenang.
“Kami perlu satu orang untuk menjaganya” ujar Yuni.
“Aku saja” kata Winky cepat.
Aku terkejut juga. Mulai sirna penilaianku sebelumnya yang mencap Winky sombong dan egois.
Di tenda kesehatan kami semua berdiam diri. Yuni mulai terkantuk-kantuk,  setelah menilai keadaan si sakit telah aman, ia lalu minta agar aku  lanjut jaga karena ia mau tidur dulu.
“Dut, aku mau tidur dulu. Kamu gantikan aku di sini ya?” ujarnya sambil  berlalu tanpa menunggu jawabanku karena ia tahu pasti aku bersedia.
Tinggallah di teras tenda kesehatan itu aku, Winky dan si sakit yang telah tertidur pulas di dalam sleeping bag-nya.
Masing-masing kami berdiam diri. Aku melihat jam, pukul 12 tengah malam.  Berarti sekitar satu jam kami hanya membisu. Hening. Hawa malam itu  dingin sekali. Kabut tebal telah menyelimuti kawasan camping ground. Aku  berinisiatif membuat api unggun kecil.
Tiba-tiba ia berkata “Kenapa kamu mau dipanggil Badut. Itu kan menghina?”
“Tak apalah. Aku kan memang jelek dan tak berguna. Setidaknya begitu yang kau katakan pada Tia kan?” jawabku acuh.
“Lalu kenapa?” ujarnya ketus.
“Kamu memang keterlaluan dan terlalu mudah menghakimi orang lain”  ujarku. Ia diam, lalu agak kasar aku menambahkan “Pantas saja cewek  secantik kamu belum punya pacar, benarkan? Mana ada laki-laki mau  mendekati jika sikapmu terus begitu”
“Itu urusanku, none of your business!” katanya.
“OK. Lady, so then you’d better live alone in your own planet. Enjoy your loneliness” ujarku mau beranjak meninggalkannya.
Wajahnya terlihat menegang seperti mau marah, tapi ucapan yang keluar  dari mulutnya hanya “Maaf” lalu ketegangan di wajahnya mengendur. Sudut  matanya berair. “Aku tak bermaksud seperti itu” lanjutnya lirih.
Aku agak terkejut melihat reaksinya. Aku keterlaluan juga pikirku dalam  hati. Rupanya ucapanku yang terakhir benar-benar menusuk hatinya, tepat  pada permasalahan pribadinya.
Dia diam. Beberapa saat hening. Aku salah tingkah. Kudekati Winky dan  memberanikan diri memegang tangannya dengan sikap minta maaf dan  bersahabat, “Maaf” kataku. Ia menjawab dengan anggukan dan tersenyum  sedikit. Winky membalas remasan tanganku.
Lalu Winky bercerita mengenai betapa kesepiannya dia. Menurut  penilaianku, yang dialaminya adalah culture shock, kesenjangan dan  tabrakan antara budaya beserta norma dan nilai yang dianutnya sesuai  tempatnya dibesarkan dengan dunianya sekarang di kotaku. Ternyata sikap  cerianya adalah kompensasi belaka, outlet perasaan, curahan  ketidakseimbangan antara keinginan dankenyataan yang harus dihadapinya.  Aku mengemukakan pandangan dan saran-saranku padanya dan menyatakan  bersedia jadi sahabatnya.
Pandangan mata kami bertemu, tiba tiba suasana menjadi romantis. Tangan  kami masih berpegangan, nekat kukecup pipinya. Winky berpaling ke arahku  menghadapkan bibirnya. Segera kucium lagi bibirnya, ia membalas kalem.  Aku jadi lebih panas mengulumi bibirnya. Winky terpengaruh, mulai  memainkan lidahnya. Ciuman kami memanas, nempel terus hingga sekitar 10  menit tanpa henti.
Beberapa saat kemudian, Winky seperti tersadar lalu mendorong dada dan  wajahku darinya. “Remember, we’re friends, not lovers” ujarnya.
“Promise you. I know, we’re friends and lovers” ujarku tegas lalu  menarik bahunya dan mengulangi ciumanku padanya. Kali ini ia membalas  dan ciuman kami memanas lagi. Hingga kemudian kami hampir kehabisan  nafas, tanpa kami sadari pelukan kami mengetat.
Satu dua kali payudaranya tersentuh tak sengaja namun berpengaruh besar  pada Winky. Aku semakin berani dan mulai menyentuhnyanya dari luar. Lalu  ke dalamnya. Putingnya yang biasanya hanya terlihat samar dari luar  kini kuusap-usap halus. Payudaranya mengeras, putingnya membesar, degup  jantungku dan dia berdebar tak keruan. Remasanku semakin intensif dan  melebar.
Muncul doronganku untuk mengecup puting susu dan payudaranya. Bentuknya  sempurna, putih mulus, bulat dan kencang. Winky bersandar di pahaku, tak  sengaja sikutnya mengenai batang penisku yang telah keras sejak tadi.  Wingky menyadarinya dan malah menyentuhnya lembut. Tangannya bergerak  meremas dan menggosok pelan. Kakiku seperti kesemutan saking nikmatnya.  Tanganku mulai menelusuri bagian dalam jahitan celana jeansnya hingga di  selangkangannya kutekan berulang-ulang. Naik sedikit, sekarang kancing  celananya sudah terbuka, tanganku pelan-pelan menyusup ke dalam.  Kusentuh celana dalamnya.
G-stringnya kugeser kesamping, terasa gumpalan bulu lebat di dalamnya.  Aku menengok sebentar, pahanya putih mulus, kontras dengan tangan  hitamku di atasnya. Lalu tanpa kesulitan kutemukan sebentuk liang basah  dan klentitnya yang sudah mulai mekar mengembang karena terangsang.  Kucari-cari g-spotnya, tanpa kesulitan kutemukan dan mulai kususupkan  jari sambil mencoba-coba. Ternyata tempat yang kusentuh di dalam bagian  atas vaginanya tepat mengenai g-spot. Terbukti dari desahannya dan  gerakan pinggulnya yang bergoyang-goyang semakin hebat. Jari-jariku  sudah keluar masuk vaginanya. Semakin basah dan terangsang hebat, lalu  kurasakan pahanya menegang. Semakin lincah pula tanganku bergerak di  selangkangannya. Lalu dua kali berturut-turut Winky orgasme dengan desah  tertahan sembari menggigit biseps lenganku.
Winky berusaha membalasku dengan blowjobnya. Aku menolak. Ia hanya  mengecup bagian ujung penisku yang kebetulan agak menyembul dari celana  dalam. Aku mengerti dan ia tahu keadaan kurang memungkinkan.
Namun Winky tidak menyerah begitu saja. Ia bangkit berdiri lalu  menarikku ke pepohonan, beberapa meter di belakang tenda kesehatan.
Gelap dan dingin. Kami berciuman sebentar, lalu dipelorotkannya  celanaku. Batang penisku segera menyembul keluar. Tegak mengarah ke  wajahnya, di sisi hidungnya yang mancung mungil.
Tanpa buang waktu lagi dikecupnya bagian ujung, perlahan-lahan  dikulumnya mulai bagian ujung hingga ke pangkal. Dari sekilas cahaya  terlihat wajahnya putih bersih dan bibir merah muda itu menerima batang  penisku yang hitam dan berurat-urat menonjol, masuk ke dalam mulutnya  yang lembut dan wangi. Ujung penisku terasa menjangkau tenggorokannya.  Lidah Winky berputar-putar di sekeliling batang penisku, membuat  sensasiku memuncak hingga tak sengaja kujambak rambutnya. Winky  tersenyum puas melihat reaksiku.
Ia berdiri, kutarik dan kubalik badannya. Doggy style dengan berdiri.  Winky mengerti lalu agak membungkuk dan menurunkan celananya.  Perlahan-lahan kami bekerjasama. Ia membuka selangkangan dan mengarahkan  penisku menuju vaginanya, aku mendorong pelan dan memutar-mutarnya di  bibir vagina. Lalu menggosokkannya di klitoris. Winky terangsang,  liangnya basah. Ia kegelian, gemas dan mau menjerit, tapi cepat ia  menutup mulutnya. Terdengar desah dan jerit tertahan ketika aku memasuki  tubuhnya dengan sedikit sentakan pelan tapi kuat.
Lalu sentakan, tarikan dan usapan-usapan berlangsung berulang-ulang.  Pelan-pelan, lalu cepat, masuk penuh lalu cabut semuanya. Masuk lagi  sepenuhnya, kami sungguh menikmati permainan di bawah pohon gelap dan  dingin itu. Winky berulang kali orgasme dan setelah itu kami mencapai  klimaks bersama-sama.
Tanpa disadari sekitar 2 jam kami bercinta. Kira-kira jam 3 pagi, ia  kuantar tidur di dalam tenda kesehatan. Aku tertidur pulas dan puas di  halaman tenda. Aku harus sempatkan diri beristirahat ujarku dalam hati.  Pagi nanti masih ada kegiatan       
 
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.